Rabu, 24 April 2013

TIADA PEMIMPIN DI NEGERI INI YANG BISA MENJADI PANUTAN.


Mencermati nama-nama yang masuk dalam daftar survai untuk calon presiden, hanya membuat rakyat negeri ini putus asa. Mengapa yang muncul itu-itu lagi. Semuanya mempunyai catatan buruk
dalam rekam jejaknya, semuanya tidak mempunyai visi yang menjanjikan yang memberikan harapan, tidak ada satupun yang bisa memberi contoh keteladanan.

Kalau melihat daftar calon sementara calon legeslatif, bisa dipastikan lebih sedih lagi, sebagian besar orang yang sama, kalau ada yang baru, umumnya didominasi oleh artis.
Rupanya jabatan sebagai anggota parlemen sudah dianggap yang menjanjikan dan enak, tetap dikenal dan cukup materi, bahkan kalu beruntung bisa lebih. Apalagi nanti kalau terpilih dan masuk ke komisi yang basah atau apalagi bisa ke badan yang mengurusi anggaran negara, tentu terjamin, bahkan menurut bisik-bisik, tempat itu seperti anjungan tunai mandiri bagi korporasi.

Pada masa ini jarang ada pemimpin yang berani berkata sesuai dengan hati nuraninya. Semuanya segan atau takut kepada atasannya, yang paling atas takut dengan citranya di masyarakat. Belum lagi yang termakan oleh suap atau gratifikasi, maka bicaranya sesuaidengan pesanan.
Ada mantan menteri yang menjadi tokoh satu partai, yang kerjanya mencari kesalahan pemerintah.
Bahkan ada kesalahan yang sebenarnya sudah diketahuinya ketika masihmenjadi menteri, tetapi diam saja. Nah ketika dia menghadapi masalah, kesalahan itu digunakan sebagai senjata untuk menyela-matkan dirinya. Ada lagi mantan penegak hukum yang tidak mau menjalani hukuman dengan alasan ada kesalahan administratif. Betul-betul tidak berjiwa ksatria. Anehnya orang tersebut dicalonkan oleh salah satu partai untuk Pemilu tahun 2014.

Pejabat di negeri ini banyak yang berupaya untuk mendapatkan gelar doktor, entah untuk apa?
Tidak penting apakah gelar doktor itu hanya gelar kehormatan atau dari perguruan tinggi dalam negeri yang membutuhkan banyak fasilitas atau anggaran besar. Kalau doktor kehormatan dari luar negeri kebanyakan diberikan karena pejabat tersebut banyak memberikan bantuan atau fasilitas yang banyak menguntungkan negara atau pihak luar tersebut.

Banyak juga petinggi negeri ini atau partai yang berpoligami, entah karena kelebihan materi atau apa, yang jelas tidak ada rasa sungkan, sementara banyak keluarga yang hidupnya susah.
Kalau namanya pamer kekayaan atau kemewahan, ya sudah  tidak aneh, bahakan terkesan jor-joran. Tidak peduli dari mana mendapatkannya, bahakan ketika ada yang digiring oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), senyum-senyum saja, tidak ada rasa malu. 

Kesulitan yang dihadapi rakyst negeri ini, mereka yang sebenarnya bisa menjadi panutan, bukan orang yang suka menonjolkan diri, dan posisinya selalu kalah oleh mereka yang suka cari muka.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban rakyat Indonesia untuk mulai mencari calon-calon pemimpin yang bisa menjadi pemimpin yang sebenarnya dan juga bisa menjadi panutan.