Minggu, 06 Oktober 2013

BERMANFAATKAH APEC BAGI INDONESIA?

Bermanfaatkah APEC bagi Indonesia?
Kalau yang ditanya adalah presiden atau wakil presiden dengan para menterinya, tentu jawabannya sama, yaitu sangat bermanfaat. Kalau yang ditanya adalah rakyat kecil diluar Bali, maka jangan-jangan mereka balik bertanya, apa itu APEC. Memang kami lihat ada beritanya di televisi dan ada iklannya.
Bagi masyarakat Bali tentu sangat bermanfaat, karena banyak tamu berarti banyak kesibukan dan banyak yang perlu akomodasi, belanja souvenir, rekreasi, menikmati kuliner dan lain-lain.
Lebih banyak mana perolehan masyarakat Bali bila dibandingkan dengan ajang "Miss World".
Pertanyaan yang terakhir ini harus disambung dengan pertanyaan; Lebih banyak mana pengeluaran pemerintah untuk kedua acara tersebut.
Untuk pertanyaan terakhir, dengan mudah kita bisa menjawab bahwa kegiatan APEC menyedot anggaran pemerintah lebih besar dan sangat banyak.

Manfaat yang sebenarnya adalah apabila ekonomi Indonesia tumbuh lebih pesat dan positif karena
adanya kerjasama ini. Ekspor kita menjadi lebih besar dari pada impornya dan negeri ini tidak jadi pasar bagi barang-barang atau produk China serta negara-negara lain.
Dalam beberapa tahun terakhir, impor Indonesia justru meningkat pesat, nyaris semua komoditi dari negara-negara lain leluasa masuk tanpa hambatan sama sekali. Bahkan pajak impor yang salah satu fungsinya adalah untuk melindungi produk dalam negeri, dinihilkan atau dihapus.
Tentu saja produksi dalam negeri kita tidak mampu bersaing, karena berbagai masalah seperti luas lahan pertanian yang menyusut, teknologi yang ketinggalan, korupsi, dan birokrasi.

Pemerintah atau penguasa negeri ini lebih senang memperkaya para importir dan negara lain dari pada memperkaya para petani dan pengusaha dalam negeri. Impor diberi pembebasan pajak, sedang harga-harga produksi dalam negeri tidak boleh naik. Padahal kalau harga naik berarti memberi rezeki kepada para petani yang selama ini hidupnya susah. Jumlah petani di Indonesia sudah merosot drastis dalam kurun waktu 2 dasawarsa terakhir.
Secara bergantian berbagai komoditi menjadi langka dan naik harganya, sehingga menjadi alasan yang kuat bagi pemerintah untuk membuka keran impor. Cabai, bawang merah, bawang putih, daging sapi, gula, kedelai, singkong, beras dan lain-lain yang semuanya bisa diproduksi di negeri tercinta ini, ternyata harus diimpor.
Barangkali karena menterinya berasal dari partai politik, sehingga program utamanya adalah program yang menguntungkan partai, apapun bentuknya. Semoga rakyat Indonesia sepakat dengan penilaian bahwa kegagalan menteri yang berasal dari partai politik, berarti kegagalan partai pengusungnya.

Kembali ke masalah APEC yang ternyata tidak dihadiri oleh Obama. Tidak dipungkiri bahwa ada keuntungan dari sektor pariwisata. Namun ini adalah hal yang logis dan keharusan pada setiap acara internasional harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh negara tuan rumah.
Yang dipermasalahkan adalah inti dari kegiatan ini, yaitu ekonomi dari negara-negara Asia Pasifik, yang porsinya lebih dari setengah ekonomi dunia. Apakah Indonesia bisa memetik manfaat yang maksimal dari forum ini?
Indonesia yang mempunyai sumber alam dan sumber daya yang besar, sudah tentu menjadi rebutan negara-negara lain.
Semua bentuk kerjasama yang tidak menguntungkan Indonesia harus dihentikan, C-AFTA yang selama ini hanya menguntungkan China perlu dievaluasi dan ditinjau kembali.
Menteri dan pejabat tinggi yang orientasinya hanya impor, harus disingkirkan, dan partainya harus dihukum dengan tidak dipilih pada Pemilu yang akan datang.        

Kamis, 29 Agustus 2013

DEGRADASI NASIONALISME KITA


Ada warga yang tidak memasang bendera sang merah putih, dengan alasan tidak punya, dan katanya sudah puluhan tahun tidak memasang, serta tidak bangga dengan sang saka tersebut. Padahal warga tersebut tinggal di kompleks yang cukup elite, berpenghasilan cukup dan mempunyai beberapa mobil. Ada menteri yang lupa dengan syair lagi Indonesia Raya, padahal tugasnya membina pemuda dan olahraga yang berkaitan dengan semangat nasionalisme.
Banyak sekali masyarakat yang lebih suka membeli barang buatan luar negeri dengan merk ternama yang mahal harganya, menyantap makanan dan minuman dengan merk luar negeri.
Penguasa negeri ini, pikirannya hanya impor saja ketika komoditi menjadi langka atau harganya naik. Tidak terpikir untuk menghemat atau mengurangi konsumsi dan meningkatkan produksi dalam negeri. Dan masih banyak lagi hal-hal yang jauh dari semangat kebangsaan atau nasionalisme.

Mereka yang termasuk kelompok tersebut di atas, memang tidak pernah mengalami dan tidak bisa membayangkan betapa beratnya perjuangan untuk merdeka. Perjuangan yang memerlukan waktu lebih dari 3 abad dan mengorbankan banyak sekali jiwa dan raga.
Ada yang terpengaruh oleh lingkungan, atau kampanye dari produsen terutama dari luar negeri, dan ada juga yang menjadi agen dari kepentingan asing.
Sudah pasti kelompok ini tidak mempunyai kepedulian terhadap nasib warga lain yang susah payah berjuang untuk sekedar bisa makan satu kali sehari, dan kelompok terpinggir lainnya.
Sementara itu mereka yang sudah mencapai sukses dari aspek keuangan, justru menyimpan hartanya yang ratusan milyar, bahkan trilyunan di Singapura.

Hukum alam itu mengajarkan keseimbangan, berapa banyak yang kita ambil dari alam, sebanyak itu pula yang perlu kita kembalikan. Seharusnya mereka yang berhasil memperoleh kekayaan dari tanah air, wajib membangun dan menyisihkan hartanya untuk kepentingan negeri dan rakyat, sehingga ketika diminta pertanggungjawaban di akhirat bisa lulus.
Selain itu, apa ya nyaman ketika hidup makmur sendirian sementara sekelilingnya serba kekurangan. Mereka ini akan menjadi kelompok pertama yang kabur keluar negeri, apabila terjadi sesuatu yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan di dalam negeri.

Karena itu tidak berlebihan kalau kita menyatakan bahwa reformasi pada tahun 1998 belum berhasil, dan perlu reformasi tahap dua. Reformasi tahap pertama hanya mengganti penguasa dan pemain lama, tetapi tidak mengubah sistem lama dengan yang baik, bahkan menyebabkan degradasi jiwa nasionalisme dan menyuburkan jiwa materialisme yang berujung dengan maraknya korupsi.
Anak-anak muda lebih suka dengan sinetron bertemakan cinta dari pada heroisme atau tema perju-angan, lebih menyukai hal-hal yang instan dari pada yang membutuhkan proses.

Saya mengajak semua yang masih mempunyai kepedulian terhadap nasib bangsa Indonesia, yang masih merasa sebagai bangsa Indonesia untuk bersama-sama dan bersatu, meluruskan kembali arah pembangunan negara ini, sehingga tujuan mewujudkan negara yang adil dan makmur bagi seluruh warga negara, bukan sekadar mimpi.
Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan mengutamakan barang/jasa produksi dalam negeri. Semua yang berasal dari impor atau buatan negara lain, harus kita hindari.
Langkah kedua, adalah menghemat atau mengurangi pemakaian barang/jasa yang berasal dari luar negeri. Langkah ketiga, menghargai dan memberi kesempatan kepada rekayasa atau inovasi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Dan langkah keempat yang juga terpenting adalah tidak korupsi.
Siapa saja yang mempunyai pandangan dan semangat yang sama, diharapkan ikut sumbang saran.
      


   

Sabtu, 17 Agustus 2013

STOP DAN CUKUP SAMPAI DISINI


Melengkapi tulisan saya jaringan sosial facebook, maka berikut ini akan kita bahas kembali tentang kata kunci cukup atau stop. 

CUKUP atau STOP, ini kata kunci untuk menjelaskan mengapa banyak kasus yang membuat kita kaget. Termasuk nasib Soeharto yang berkuasa puluhan tahun akhirnya jatuh juga. Kalau pada sidang MPR bulan Maret 1998 dia bilang stop atau cukup sudah jadi presiden, maka dia akan jadi pensiunan presiden yang terhormat. Kalau mereka yang selingkuh memilih cukup dan stop kemudian bertobat nasuha, maka aibnya dengan ijin Allah tidak dibukakan ke umum. Kalau mereka pernah korupsi, lalu insyaf dan bertekad untuk berhenti meskipun penghasilan yang diperoleh masih pas-pasan, maka dia tidak tertarik dengan uang milyaran yang menyebabkan ditangkap KPK. Kalau para ahli hisap menyatakan stop merokok, maka mereka akan terhindar dari bahaya kanker paru2. 

Manusia tidak ada yang sempurna, kecuali mungkin Rasulullah, bahkan nabi Adam pun pernah tergelincir, sehingga dihukum dengan dikirim kedunia. Karena itu kita tidak perlu terkaget-kaget mengetahui kejadian yang sebenarnya memang mengagetkan yang dialami oleh keluarga, teman atau atasan atau siapapun. Yang perlu dilakukan adalah istifar dan berdo'a agar kita tidakmengalaminya dan menjadikan kejadia tersebut sebagai pembelajaran. 
Betapa sulitnya memutuskan untuk stop atau cukup, tentunya bisa dimaklumi oleh semua orang. 
Ketika sedang ketemu makanan favorit yang enak dan sudah lama nggak ketemu, tetapi sekarang sudah masuk daftar diet, tentu sulit. Para pecandu narkoba, mungkin bahkan tidak mengenal lagi kata cukup atau stop, sehingga harus dibantu atau dipaksa. 

Mengingat semua godaan yang disponsori oleh syaitan itu di negeri sudah diatas angin, maka perlu upaya luar biasa untuk memeranginya. Yang pertama adalah adanya sistem yang baik dan kuat, untuk setiap kegiatan atau proses.  Yang kedua adalah penegakan hukum yang didukung oleh aparat yang bersih dan tidak pndang bulu. Kemudian yang terakhir adalah moral yang dibarengi dengan etika yang dilengkapi dengan sanksi moral. Bangsa Indonesia yang pada dasarnya adalah bangsa religius, sehingga tidak sulit untuk mencapai hal tersebut. Sumber daya manusia di negeri ini juga tidak kalah dengan bangsa lain, buktinya, sering menang di berbagai olimpiade ilmu pengetahuan. Dan sumber daya alam kita cukup kaya, sehingga memungkinkan Indonesia menjadi negara yang makmur. 

Masih dalam suasana Idul Fitri 1434 H dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indeonesia yang ke 68, marilah kita perbarui tekad kita untuk mewujudkan negara yang adil, makmur, maju dan bangsa yang bermartabat, yang disegani oleh bangsa-bangsa didunia.


SETELAH 68 TAHUN MERDEKA


Hari ini kita memperingati ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 68. Sebagai bangsa Indonesia, maka sudah seharusnya kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa yang telah meridhoi perjuangan para pahlawan yang gagah berani dan pantang menyerah.
Perjuangan memerdekakan negeri ini dari penjajah dilakukan secara sporadis sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu, dan baru berhasil ketika bangsa Indonesia bersatu.

Kata bersatu ini sangat penting sekali, dan merupakan kunci keberhasilan dari perjuangan panjang tak kenal lelah sejak negeri ini terbagi dalam banyak kerajaan kesultanan. Belanda mampu menguasai Nusantara dengan strategi memecah belah atau " divide et impera". Sehingga dengan jumlah yang lebih sedikit, mereka bisa memenangkan peperangan. Apalagi banyak penguasa-penguasa saat itu yang tidak tahu kalau diadu domba, karena mementingkan dirinya sendiri.

Setelah 68 tahun merdeka, kita yang termasuk pewaris kemerdekaan, apakah akan mengulang lagi kesalahan strategi perjuangan pahlawan terdahulu, dengan tidak bersatu menghadapi kekuatan asing?
Kekuatan asing pada zaman modern tidak perlu menguasai wilayah, tetapi cukup dengan menguasai ekonomi suatu negara atau wilayah. Setelah 68 merdeka, apakah kita akan membiarkan pemimpin yang tidak memperjuangkan kemakmuran dan keadilan bagi semua rakyat?.
Setelah 68 merdeka, apakah kita akan membiarkan penguasa dan politikus mengkhianati perjuangan para pahlawan dengan merampok uang rakyat? Setelah 68 merdeka, apakah kita akan membiarkan pasar dan pertokoan di negeri tercinta ini didominasi oleh barang-barang buatan Cina atau negara lain?

Saya tidak ingin anda semua hanya bisa menjawab tidak! Tetapi tunjukkanlah dengan tindakan nyata dengan tidak melakukan korupsi, tunjukkanlah dengan bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas, serta tunjukkanlah dengan mengutamakan produksi dan kemampuan usaha dalam negeri.
Kalau 230 juta penduduk Indonesia bersatu padu dengan bekerja keras yang cerdas, berlaku hemat dan sehat, memberantas korupsi kolusi dan nepotisme, serta memilih pemimpin yang jujur, berani, membela kepentingan nasional dan cerdas, maka Insya Allah, Tuhan YME akan meridhoi Indonesia menjadi negara yang adil, makmur dan maju.

MERDEKA.  


  

Selasa, 13 Agustus 2013

TIPS BERINVESTASI DARI WARREN BUFFET


Setiap orang tentu pengin kaya, karena itu ada baiknya kita perhatikan tips dari orang terkaya ketiga di dunia, sebagai berikut:



TENTANG PENGHASILAN; “Do not depend on a single income. Invest and create a second, third source of income.”

Terjemahan sederhananya adalah jangan bergantung pada satu sumber penghasilan saja. Bagi Anda yang masih muda, selain menabung, sebaiknya Anda juga dapat mulai berinvestasi.

Tabungan dan investasi ini dapat berperan sebagai penghasilan kedua, sehingga Anda punya pegangan lain selain  pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan Anda.

Hal ini dapat membantu Anda berdiri sendiri di masa yang akan datang, dan semakin cepat Anda bisa melakukannya, semakin baik.


TENTANG PENGELUARAN; “If you buy things you do not need, you may soon have to sell things you need.”

Di era yang semakin konsumtif seperti sekarang, kalimat ini rasanya merupakan pengingat yang baik untuk mengendalikan pengeluaran Anda. Mari belajar untuk memilah dengan tepat apa yang memang menjadi kebutuhan dan apa yang hanya sekedar keinginan.


TENTANG MENABUNG; “Do not save what is left after spending, instead spend after you save/invest.”

Ingat, jangan sampai terbalik ya. Jangan menabung dari sisa setelah Anda berbelanja, namun prioritaskan menabung dan berinvestasi dahulu, setelah itu baru Anda bisa pikirkan untuk belanja. Hal ini juga disebut dengan istilah 'Pay Yourself First'.


TENTANG MENGAMBIL RESIKO; “Never test the depth of the river with both your feet.”

Kalau Anda ingin mencoba melakukan sesuatu, mulainya dengan langkah kecil. Jika Anda ingin berinvestasi untuk pertama kalinya, mulailah dengan 10% dari penghasilan Anda terlebih dahulu selama 5 tahun, baru setelah itu tingkatkan sesuai dengan kemampuan Anda.


TENTANG BERINVESTASI; “Do not put all eggs in one basket.”

Selalu buat portofolio investasi yang beragam. Jangan hanya mengandalkan pada satu jenis investasi saja. Buat portofolio yang terdiri dari saham, obligasi, ekuitas, serta asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Ingat, investasi Anda juga harus disesuaikan dengan profil risiko Anda ya.


TENTANG EKSPETASI; “Honesty is expensive, do not expect it from cheap people.”

Tidak semua orang yang Anda temui jujur, dan tidak semua orang ingin menjadi jujur. Penasehat yang jujur sangat sulit ditemui, terutama dalam health & wealth, karena itu Anda harus selalu berhati-hati.

Minggu, 11 Agustus 2013

PEMBANGUNAN DI INDONESIA UNTUK SIAPA?


Pembangunan fisik dan prasarana di Indonesia selama ini ternyata masih berupa pesanan, atau dapat dikatakan menguntungkan negara-negara lain dan perusahaan-perusahaan asing. Kita terlalu banyak berkorban untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Seakan-akan kita beruntung, padahal pihak lain yang lebih besar menikmati keuntungan. Dan pemerintah sejak orde baru sampai sekarang menerima  kondisi tersebut, entah karena tidak tahu atau karena mendapat imbalan atau suap.

Sejak awal orde baru sampai akhir tahun 80'an, Jepang enggan membantu pembangunan jalan kereta api di Indonesia, tetapi banyak membantu memberi pinjaman dana pembangunan jalan darat untuk kendaraan. Hal ini bukan tanpa sebab atau motif. Kalau mendahulukan pembangunan jaringan jalan kereta api, Jepang tidak akan memperoleh keuntungan seperti kalau membangun jaringan jalan untuk kendaraan. Kendaraan yang mayoritas produksi Jepang tentu tidak berfungsi kalau tidak tersedia jalan, sedangkan jaringan
jalan kereta api hanya digunakan oleh paling puluhan rangkaian kereta api dibandingkan jutaan mobil dan kendaraan lainnya yang dihasilkan oleh industri otomotif mereka.

Jepang juga membantu pengembangan budi daya udang yang sudah pasti ada udang dibalik batu.
Bangsa dari matahari terbit ini adalah pemakan udang terbanyak, karena itu perlu pemasokan yang yang cukup dan pasti serta harga yang murah. Jepang dengan "baik hati" memberi bantuan gratis untuk pengembangan benih udang yang sangat diperlukan oleh petambak udang yang berkembang pesat. Sebagian besar hasil tambak udang diekspor ke Jepang dengan persyaratan mutu yang ketat dan kontrol harga dari pengimpor. Petambak udang kita memang beruntung, namun Jepang lebih beruntung lagi, karena pasokan udangnya terjamin.


Satu contoh lagi adalah Freeport di Papua. Sampai cadangan emas dan tembaga di wilayah yang dikelola oleh pt. Freeport habis, Indonesia hanya kebagian 10% dari produksi tambang tersebut.
Bandingkan dengan minyak bumi yang 85% menjadi hak Indonesia. Yang menarik pada tahun 1998 menjelang Soeharto jatuh, kontrak pertambangan Freeport diperpanjang, padahal kontraknya baru berakhir pada tahun 2010. Artinya Amerika dalam hal ini pt Freeport ingin mengamankan kontrak mereka agar tidak kena dampak dari pergantian kekuasaan. 

Di era orde baru, pendekatan yang dilakukan oleh pihak luar adalah langsung kepada penguasa, setelah masuk masa reformasi, pendekatan yang dilakukan adalah melalui peraturan perundang-undangan. Hal ini terlihat dari Undang-undang Migas yang beberapa waktu lalu dikoreksi oleh Mahkamah Konstitusi. Perusahaan-perusahaan minyak asing melalui negara masing-masing, ikut mendikte rancangan Undang-undang Migas tersebut, sehingga eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber minyak harus ditenderkan secara internasional. Artinya kita tidak berdaulat atas kekayaan alam yang ada di negara kita.

Contoh-contoh diatas hanya sedikit dari sekian banyak kasus yang merugikan Indonesia dan sekaligus sangat menguntungkan pihak luar. Sumber daya alam yang luar biasa di Tanah Air ini sebagian besar dinikmati oleh bukan rakyat sendiri, tetapi oleh negara-negara lain.

Tulisan ini dimaksudkan agar seluruh rakyat Indonesia sadar dan tahu apa yang terjadi, sehingga dapat mencegah terulangnya kesalahan masa lalu tersebut dan dapat memilih pemimpin yang betul- betul berjuang untuk Merah-Putih.

   


Kamis, 01 Agustus 2013

BANYAK TAYANGAN TELEVISI YANG TIDAK MENDIDIK


Lebih dari 200 juta penduduk Indonesia menjadi penonton televisi, atau paling tidak pernah menyaksikan tontonan televisi. Suatu jumlah yang besar untuk dijadikan sasaran kampanye, iklan atau informasi, baik pemasaran produk, pengaruh politik atau budaya.
Indonesia yang menjunjung kebebasan pers, memberi keleluasaan berbagai pihak untuk mendirikan stasiun televisi, baik nasional maupun lokal. Sebagian besar mempunyai orientasi kepada bisnis yang menguntungkan, meskipun tidak sedikit yang bertujuan pada kepentingan politik.

Dari aspek bisnis, maka televisi, baik berlangganan maupun tidak, termasuk yang menggunakan kabel adalah usaha bidang media yang bernilai besar. Tarif iklannya dalam hitungan detik sudah mahal, apalagi untuk waktu-waktu yang disebut dengan prime time, yaitu waktu yang diyakini paling banyak penontonnya. Karena itu banyak produsen bermodal besar yang ingin iklan produknya ditayangkan pada saat itu.

Dari aspek politis, tidak jauh berbeda. Televisi merupakan alat kampanye yang sangat efektif dan sekaligus efisien mengingat jangkauan dan kecepatannya. Politikus yang memiliki stasiun atau paling tidak mempunyai saham tentu mempunyai keuntungan strategis selain faktor pembiayaan kampanye.
Komisi Pemilihan Umum selaku penyelenggara pemilihan umum perlu memperhatikan hal ini.

Sebagai media yang strategis untuk menyampaikan informasi, seharusnya televisi alat yang ampuh untuk melaksanakan pendidikan masyarakat. Materi pendidikan masyarakat yang sangat luas itu nyaris tidak pernah disampaikan dengan cerdas. Yang biasa dilakukan oleh berbagai pihak, masih seperti iklan; Jagalah kebersihan; Buang sampah pada tempatnya; Gunakan produksi dalam negeri; dan lain-lain. Seharusnya pesan-pesan bijak kepada masyarakat itu diselipkan dalam setiap sinetron, talkshow, fragmen, atau berbagai acara televisi. Dan sudah dalam bentuk praktek atau keteladanan, sehingga mudah diingat dan ditiru.

Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga pemerintah yang mengawasi materi yang ditayangkan oleh seluruh televisi di Indonesia, perlu lebih aktif lagi. Tidak hanya mengawasi yang dilarang saja, tetapi mengawasi dan mencegah agar tayangan-tayangan yang tidak mendidik, tidak pro aktif dan tidak memberi keteladanan dalam berbagai aspek kehidupan, dilarang ditayangkan.
Sinetron yang banyak ditayangkan, umumnya bertema cinta, pameran kekayaan atau kehidupan sehari-hari dengan kebiasaan buruk, atau humor yang dieksploitasi.
Contoh; Peran hansip sering dikesankan yang culas, suka mengambil kesempatan atau memungli; Pertengkaran dengan suara keras kadang dibumbuhi dengan adu fisik sering diulang-ulang; Peran orang yang bolot, pelupa, atau melakukan kekeliruan sering menjadi bahan tertawaan; Rumah dan mobil yang mewah serta kehidupan yang glamour sering ditonjolkan. 
Tema seperti kepahlawanan (bukan hanya perang), pemberantasan korupsi, kemandirian, kehidupan yang sehat dan lain-lain yang memberikan keteladanan harus diprioritaskan.
Kalau perlu semu instansi pemerintah melalui anggaran sosialisasi dan promosinya memberi dana bantuan (sponsor) kepada rumah produksi yang membuat sinetron berpendidikan masyarakat. 
 
Perekonomian nasional, kualitas dan budaya bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi dan tayangan melalui televisi. Manusia lebih mudah mengingat apa yang dilihatnya dari pada yang didengarnya, karena itu tayangan televisi yang baik dan sering akan berpengaruh pada pandangan dan perilaku masyarakat. 
Semoga kita semua terutama yang berkecimpung di media televisi cepat menyadari dan sempat memperbaikinya.

   

Selasa, 09 Juli 2013

MENJADI BANGSA MANJA


Dengan tidak terasa, secara bertahap Indonesia menjadi bangsa yang manja. Padahal dulu ketika masih dijajah Belanda, penduduk negeri Nusantara ini dikenal rajin dan pekerja keras, sehingga ada yang dikirim ke Sumatera untuk dijadikan buruh kebun, bahkan ada yang dikirim ke Suriname di Amerika Latin yang lumayan jauhnya.
Setelah merdeka sampai awal dari orde baru, budaya rajin dan pekerja keras itu masih terjaga. Mau melakukan pekerjaan yang rumit, dan tidak komersil. 

Rupanya orde baru yang sering disebut dengan orde pembangunan (karena banyak proyek), membawa banyak perubahan. Barangkali karena banyak terjadi kemudahan, maka banyak orang menikmati kemudahan tersebut sehingga menjadi malas.
Kalau mau bepergian misalnya, ingin agar dari depan rumah sampai ke tujuan ada kendaraan, entah itu becak, angkutan kota, bus atau taxi, dan belakangan juga ojek. Jarang yang mau berjalan dulu sampai ke halte, baru naik kendaraan umum. Akhirnya bus kotapun manaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat.     
Sering penulis melakukan perjalanan ke daerah yang melewati tanah-tanah yang terlantar karena tidak diurus menjadi pertanian, sementara banyak anak-anak muda yang hanya nongkrong tidak bekerja, sementara disekotarnya banyak lahan yang menganggur. Sebagian ada yang lebih senang belajar main gitar dan kemudian ngamen mencari uang di kota. Kalau main gitarnya bagus dan berbakat, masih dimaklumi, seringkali asal-asalan dan bahkan tidak pakai gitar, hanya bunyi-bunyian, alias mengemis. 

Sekarang apa masih ada transmigrasi swakarsa? Orang yang dengan sukarela pindah dari wilayah yang padat dan miskin ke wilayah baru yang kosong meskipun jauh dari daerah asal untuk membuka lahan pertanian. 
Kebijakan pemerintah yang membuat harga beras dan komoditi pangan sangat murah, memang sangat tidak menguntungkan bagi mereka yang bekerja sebagai petani.
Anak-anak muda lebih senang bekerja yang gampang, santai walau gajinya kecil. Untuk apa bekerja keras memeras keringat penuh tantangan, toh beras murah karena sengaja dibuat murah, meskipun harus impor. 
Sebagian besar bisnis dikuasai asing, karena kita terlalu baik dan percaya bahwa itu akan menguntungkan ekonomi nasional. Padahal negeri dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta ini adalah pasar yang potensial yang sangat konsumtif. 
Generasi yang sudah kurang mengenal budaya kerja keras ini sekarang telah menduduki posisi menengah dan puncak. Hal ini terlihat dari kebijakan dan program yang lebih banyak memberi ikan dari pada pancing. Subsidi enerji, bahan bakar minyak dan pangan adalah sebagian contoh. Ditambah lagi dengan bantuan langsung tunai (BLT) atau yang sekarang dinamai Balsem. BLT atau Balsem hanya cocok untuk para jompo atau orang yang tidak mampu bekerja lagi. 
 
Indonesia yang mempunyai sumber daya alam yang kaya memerlukan kerja keras yang cerdas. Pemimpin negara harus berani menolak intervensi asing yang merugikan ekonomi nasional. Beri kesempatan kepada bangsa sendiri untuk mengelola kekayaan alam, dan jaga pasar domestik agar tidak didominasi oleh barang/komoditi dari negara lain. 
Jangan mengembangkan budaya instant yang serba mudah tinggal pakai, tapi yang untung negara lain. 
Karena manja atau dimanjakan, maka kalau ada kesempatan atau sudah terdesak, dengan tidak ragu-ragu akan melakukan korupsi. Korupsi adalah produk dari budaya manja yang tidak mau kerja keras, yang lebih suka merampok uang negara dari pada kerja keras.

Selasa, 02 Juli 2013

APA BENAR BUMI, AIR DAN KEKAYAAN ALAM DIDALAMNYA DIKUASAI NEGARA?


Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 


Maka seharusnya negara yang bernama Republik Indonesia sangat kaya dan mampu memakmurkan seluruh rakyat. Kenyataannya adalah sebaliknya, hanya sebagian orang Indonesia yang kaya, ada yang cukup kaya, sebagian besar cukup miskin dan sebagian lagi sangat miskin. Bahkan negara harus berhutang ke lembaga keuangan internasional dan negara lain untuk bisa membiayai  pembangunan. Menurut pakar ekonomi, berhutang itu normal, yang penting bisa mengembalikan tersebut. Kenyataannya jumlah hutang makin besar.

Timbul pertanyaan; Bukankah negara memiliki kekayaan alam, baik di bumi maupun di air (laut)? 
Ternyata nyaris semuanya tidak dikuasai negara, ada yang dikuasai asing, ada juga yang dikuasai swasta atau bahkan perorangan. 
Berikut ini sebagian daftar kekayaan alam Indonesia yang dikuasai oleh bukan negara Indonesia: 
  1. Freeport menguasai emas, tembaga dan hasil tambang lainnya yang ada bumi Cenderawasih, sampai habis. Indonesia hanya memperoleh 10% dari hasil seluruhnya. Kontraknya sudah masuk generasi ketiga. Ketika kekuasaan Soeharto hampir berakhir di tahun 1998, Freeport meminta agar kontraknya yang akan berakhir di tahun 2010, diper-panjang 10 tahun lagi sampai tahun 2020. Mengapa hanya 10%? sedangkan minyak bumi memperoleh sekitar 80%
  2. Hutan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dibagi-bagikan melalui Hak Pengelolaan Hutan (HPH) kepada petinggi dan penguasa negeri, yang kemudian bekerjasama dengan pengusaha, ada juga yang langsung ke pengusaha. Menurut informasi, ada mantan jenderal yang memperoleh 1 juta hektar. Dari pemberian HPH, negara hanya memperoleh sekitar 20%,yaitu dari iuran hasil hutan dan pajak. Mengapa tidak dikuasai saja seluruh hasil hutan, dan pemegang HPH hanya mendapat jasa pengambilannya sehingga persentasenya akan berbalik menjadi 70-80% untuk negara.
  3. Batubara sama nasibnya, negara hanya memperoleh sekitar 30%, yang 70% dikuasai oleh pemegang konsesi yang kebanyakan adalah perusahaan dalam negeri dan asing. Perusahaan milik negara maupun daerah hanya menguasai sedikit saja. Seharusnya pemegang konsesi itu hanya mendapat upah jasa pengambilan, sedangkan batubaranya dikuasai negara untuk dijual atau digunakan sendiri. 
  4. Hasil tambang lainnya yang dikuasai oleh antara lain Newmont, juga kurang lebih sama. 
  5. Minyak bumi agak berbeda, karena bagi hasilnya sudah lebih banyak ke negara yaitu 80-85% ke negara dan sisanya ke perusahaan minyak, namun biaya operasinya ditanggung negara, dan cukup mahal. 
  6. Obyek wisata; Banyak obyek wisata yang indah dan menjadi daya tarik wisatawan yang ternyata dikuasai asing dengan cara sewa jangka panjang sampai 70 tahun. Ada yang menikahi penduduk setempat agar bisa menguasai lahan setempat. Celakanya pemerintah daerah tidak memungut pajak secara maksimal, sudah puas karena ada investor. Di Sumba ada pantai yang sangat indah namanya Rowa. Di kawasan yang tertutup untuk umum itu, investor yang berasa dari Amerika membangun hotel yang tarifnya Rp. 10 juta per malam. Valentino Rosi dan Zinaden Zidan dan tokoh/artis dunia banyak yang berkunjung kesitu. Anehnya pemerintah daerah hanya memperoleh Rp. 50 juta per tahun, sementara pajak bumi dan bangunan sama tarifnya dengan rumahpenduduk, dan belum memungut pajak hotel serta restauran. 
  7. Dan lain-lain yang masih sangat banyak. 
Mengapa semua ini bisa terjadi?  Yang pertama karena adanya korupsi dan kolusi. Pejabat terkait memperoleh bagian atau suap atau yang kedua, yaitu tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Bahkan Undang-undang yang mengaturnya juga sangat menguntungkan investor. Banyak sekali mafia yang melibatkan para pengkhianat bangsa yang berkolaborasi merampok kekayaan negara. 
Sudah saatnya semua perampokan itu dihentikan dengan membuat peraturan yang baru mengenai pengelolaan kekayaan negara.



    

Senin, 10 Juni 2013

INDONESIA HARUS DIPAKSA UNTUK EFISIEN.


Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Kalimat bijak tersebut ternyata sangat akurat sejak dahulu maupun sekarang. Mereka yang menerapkannya, mudah-mudahan bisa bercerita banyak. Apalagi kalau pandai bekerja dan pandai berhemat, mungkin sudah menjadi orang kaya. Kalau dilakukan oleh seluruh bangsa dan negara, maka Indonesia bisa menjadi 5 negara terkaya.

Sayangnya semua itu masih terbatas mimpi. Perilaku boros, malas dan aji mumpung, masih dominan, di negeri tercinta ini. Sikap senang dimanja, dilayani, tidak mau kerja keras, egois, dan pengemis, ternyata ada dimana-mana, dari rakyat kebanyakan sampai pejabat tertinggi.

Pada era orde baru, penguasa melakukan politik yang strategis dengan mengenyangkan perut rakyat, sehingga tidak ada rakyat yang protes atau berbeda pendirian dengan penguasa. Apabila ada yang melawan, akan disikat. Disikat, artinya tidak selalu dipenjara, tetapi untuk mahasiswa juga bisa berarti disekolahkan ke luar negeri sampai tingkat doktor agar tidak menggangu dan bisa dicuci otaknya. Karena itu pembangunan fisik dan korupsi berjamaah bisa berjalan tanpa halangan.

Era reformasi yang diharapkan sebagai koreksi dan introspeksi perjalanan hidup bangsa, ternyata hanya menjadi ajang pergantian penguasa dan kelompok, bukan perubahan sistem dan karakter bangsa, sehingga masih jauh dari tujuan negara adil dan makmur.
Orientasinya masih sama, yaitu uang dan kekuasaan. Partai-partai yang sekarang mendapat porsi kekuasaan lebih besar, berlomba untuk mendapat dana yang lebih banyak agar bisa mendapatkan kekuasaan lebi besar lagi. Pada akhirnya rakyat hanya menjadi penonton merangkap korban.

Meneruskan politik orde baru, maka rakyat perlu disubsidi melalui banyak komoditi dan layanan.
Ternyata yang disubsidi bukan rakyat miskin, tetapi harga dan biaya, sehingga subsidi tadi banyak dinikmati oleh orang kaya/mampu. Bahan bakar minyak (BBM) disubsidi sehingga menjadi termurah di dunia setelah negara kaya minyak, padahal Indonesia sudah menjadi negara pengimpor minyak.
Orang kaya menggunakan mobil mewah dengan mesin berkapasitas besar yang boros, dan ternyata memakai BBM premium, artinya mereka menikmati subsidi yang besar dibanding mereka yang naik motor roda 2.
Pertanian mendapat subsidi melalui harga pupuk, namun perkebunan besar dengan berbagai cara juga bisa mendapatkan pupuk bersubsidi. Nyatanya petani (terutama di Jawa) tetap saja miskin dan susah hidup, karena selain lahannya makin sempit, juga tidak pernah memperoleh keuntungan dari harga beras yang wajar. Kalau harga beras agak naik sedikit sudah digelontor dengan beras impor.
Mengapa tidak dibiarkan harga beras sekitar Rp. 10.000,- per kilogram, agar kita tidak makan nasi terlalu banyak, bisa obesitas yang membahayakan kesehatan. Sedangkan masyarakat yang tidak mampu, dapat diberikan Raskin. Kalau harga beras bisa lebih tinggi, maka petani berkesempatan menjadi tidak miskin dan .bersemangat membuka lahan sawah baru karena menguntungkan.

Adalah menyakitkan hati, melihat anggota DPR, DPD, DPRD dan pejabat pemerintah jalan-jalan keluar negeri memakai milyaran uang rakyat untuk sesuatu yang bisa diperoleh melalui internet atau literatur. Ada rombongan pejabat yang melakukan perjalanan dengan biaya besar ke Cuba hanya untuk sosialisai yang diikuti tidak lebih dari 100 orang. Mengapa tidak menugasi staf kedutaan dengan mengirim materi saja, atau dengan memanfaatkan teknologi informasi. Perlu ada contoh efisiensi dengan mewakilkan penerimaan penghargaan internasional kepada Duta Besar, tidak harus datang sendiri menghabiskan anggaran yang besar. Hanya yang sangat penting dan berdampak pada ekonomi nasional saja yang bisa dihadiri secara selektif.

Ketika daging sapi, lombok, bawang putih, kedelai dan lain-lain menjadi langka dan mahal, mestinya kita mengurangi konsumsi komoditi tersebut sekaligus mendorong produksi dalam negeri, bukan melakukan impor yang rawan korupsi. Akhirnya semua upaya meningkatkan produksi akan sia-sia, karena dihantam dengan barang impor yang lebih murah. Devisa untuk impor bisa dihemat dan dipakai untuk cadangan.
Orang-orang tertentu (termasuk oknum anggota DPR) ada yang memperoleh DO (delivery order) solar dengan harga subsidi dari Pertamina, kemudian dijual lagi dengan harga normal ke perusahaan swasta, bahkan diexpor ke Malaysia. Seharusnya BBM bersubsidi hanya dijual melalui SPBU (stasiun pengisian bbm umum). Mereka yang menyalahgunakan BBM bersubsidi ini termasuk yang menentang kenaikan harga BBM dengan mengatasnamakan rakyat.
 
Biaya dan harga yang murah karena subsidi hanya membuat masyarakat malas, boros, dan tidak memberi kesempatan tumbuhnya industri alternatif. Bagaimana enerji alternatif bisa berkembang kalau harus bersaing dengan enerji carbon (BBM) yang murah karena disubsidi.
Subsidi enerji yang lebih dari Rp. 300 triliun bisa dipakai membuka lahan pertanian baru, jalan baru, gedung sekolah yang lebih baik disamping bantuan untuk masyarakat miskin.
Semoga tumbuh kesadaran diantara kita untuk menerapkan perilaku yang efisien tidak malas dan tidak manja.


  



      

Jumat, 31 Mei 2013

SYIAR AGAMA TIDAK DENGAN SUARA KERAS, TAPI DENGAN PERILAKU TELADAN.



MERDEKA.COM. Wakil Ketua Harian Dewan Masjid Indonesia Kiai Masdar Farid Masudi berharap pengeras suara luar masjid hanya digunakan saat azan. Tidak perlu dipakai untuk ceramah apalagi berisi sindiran dan menyulut kemarahan.

Menurut Masdar, pemakaian pengeras suara masjid juga mencerminkan sikap dan perilaku umat Islam. “Orang akan melihat orang Islam dari perilaku dimunculkan, mulia akhlaknya, memahami orang lain, santun," katanya. "Justru itulah syiar sejati. Intinya akhlak, bukan suara keras dan menggertak."

Berikut penjelasan Masdar saat dihubungi Islahuddin dari merdeka.com melalui telepon selulernya Rabu lalu.

Bagaimana kalau pengaturan pengeras suara masjid itu dianggap menghalangi syiar Islam?

Ini bukan masalah syiar. Ini masalah mengganggu orang di sekitar masjid. Kita juga harus menghormati tetangga. Itu ditekankan oleh nabi. Tetangga itu bisa orang yang tidak bisa ke masjid. Tidak bisa ke masjid karena memang ada halangan atau bukan Islam.

Itu harus tetap dihormati, tidak boleh diganggu, apalagi dengan suara-suara bernada sindiran dan kecaman kepada orang tidak sepaham. Itu tidak bagus. Tidak ada agama lain menggunakan pengeras suara luar dalam menyampaikan ceramah tentang agamanya.

Bukankah konteks pengaturan volume suara pengajian dalam masjid ini untuk wilayah heterogen penduduknya?

Iya, di kampung jarang menggunakan pengeras suara luar apalagi dengan ceramah berapi-api. Orangnya juga homogen. Kadang walau homogen, di sekitar masjid ada yang lagi sakit dan tidak bisa diganggu. Kita orang Islam harus lebih tahu akan hak tetangga.

Apakah aturan ini akan berbentuk fatwa atau anjuran saja?

Tidak perlu pakai fatwa, pakai akal sehat saja sudah selesai. Cukup gunakan saja ayat, hendaklah kamu berpikir. Berpikir sederhana dengan ayat itu sudah kesampaian maksudnya. Kalau sulit dalam pelaksanaannya, pesan ini harus tetap disampaikan.

Apakah Anda pernah mendengar suara pengajian membuat Anda begitu terganggu?

Tidak hanya saya. Sekarang ceramah menyindir kanan kiri dengan orang tidak sepaham dengan dirinya sudah sering dan banyak terdengar sekarang.

Kalau masalah isi ceramah mengecam dan menyulut kebencian, kenapa tidak ditekankan pada isi ceramah, tapi malah pada penggunaan pengeras suaranya?

Memang suara itu sendiri masalah juga. Tidak semua orang mendengar ceramah dari masjid itu siap menggunakan telinganya untuk mendengarkan. Memang tidak dipaksa, tapi mereka tetap mendengar kan? Itu memperkosa telinga orang.

Berarti nanti ada aturan detail akan hal itu?

Sederhana saja, tidak usah ribet gitu. Pengeras itu bisa dipakai untuk orang ada di dalam masjid. Untuk membantu orang di dalam masjid berkepentingan mendengar agar lebih jelas. Kalau tanpa pengeras suara dan sudah terdengar oleh jamaah, kenapa harus pakai. Itu alat bantu untuk mendengar dan ingin mendengar jangan terus mengagresi telinga orang tidak mau mendengarkan itu.

Berati jangan sampai niat dan usulan ini dianggap sebagai bentuk meminimalisir ruang syiar Islam?

Syiar Islam paling baik itu adalah perilaku. Perilaku lebih substantif sebagai syiar Islam, bukan suara keras. Perilaku saleh, menghormati sesama. Orang akan melihat orang Islam dari perilaku, mulia akhlaknya, memahami orang lain, santun. Itu menarik sekali, justru itulah syiar sejati. Intinya akhlak, bukan suara keras dan menggertak.
Sumber: Merdeka.com

Sabtu, 11 Mei 2013

PENGADAAN NASKAH UJIAN NASIONAL SMP, SMK DAN SMA


Pada pertengahan bulan April 2013 terjadi kehebohan berkaitan dengan penyelenggaraan ujian nasional untuk SMP, SMK dan SMA yang dimuat diberbagai media.

Kehebohan pertama terjadi ketika media cetak memuat dugaan penyimpangan pengadaan naskah ujian nasional SMP,SMK dan SMA, yang sumber beritanya berasal FITRA suatu lembaga swadaya masyarakat. Disebutkan bahwa proses pengadaan naskah ujian pada paket 3 tidak memenangkan penawaran dengan harga terendah yaitu Aneka Ilmu sebesar Rp. 17.107.372.806.
Angka tersebut adalah yang tercantum di surat penawaran sebelum dilakukan koreksi arithmatik. Sesuai dengan peraturan presiden no 54 tahun 2010 dan no70 tahun 2012, maka untuk pelelangan umum dengan kontrak harga satuan harus dilakukan koreksi arithmatik, ternyata terdapat kesalahan pada rincian rencana anggaran biaya Aneka Ilmu, yang setelah dilkukan koreksi, total penawarannya berubah menjadi Rp. 26.318.745.640.
Tentu saja Aneka Ilmu tidak dimenangkan karena merupakan penawaran tertinggi pada paket 3.
Karena itu sinyalemen FITRA adalah salah dan membuat opini negatif publik.

Hal lain yang perlu diketahui oleh masyarakat adalah tatacara evaluasi penawaran. Karena pekerjaan pengadaan naskah ujian ini dilaksanakan pada saat yang sama dengan waktu yang sempit, maka  percetakan yang memenangkan kontrak akan dinilai juga kemampuannya dan dibatasi paling banyak hanya boleh mendapat 2 kontrak apabila yang bersangkutan menawar dengan harga terendah.
Semua penawar (percetakan) yang menjadi calon pemenang harus lulus evaluasi administrasi, teknis, kualifikasi yang diverifikasi secara nyata.
Karena ada satu penawar yaitu pt Jasuindo Tiga Perkasa Tbk yang menawar terendah di 4 paket, padahal perusahaan tersebut hanya mampu melaksanakan 1 paket, maka untuk menetapkan pemenang keseluruhan paket, harus dilakukan kombinasi agar diperoleh total penawaran yang terendah yang menguntungkan negara. 

Mengapa terjadi keterlambatan pada salah satu paket?
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka masyarakat perlu mendapat informasi proses persiapan yang dilakukan oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai berikut:
Rapat koordinasi persiapan penyelenggaraan ujian nasional dimulai sejak awal Desember 2012.
Ada yang berubah secara mendasar pada penyelenggaraan tahun 2013, yaitu tipe soal untuk setiap mata pelajaran yang dirubah menjadi 20 dibanding tahun lalu yang hanya 4.
Berarti di setiap ruang ujian yang berisi maksimal 20 anak ada 20 tipe soal, ini dimaksudkan oleh menteri pendidikan agar tidak ada yang mencontek. Namun dilain pihak berdampak pada proses pencetakan dan penyampulan serta pengepakan naskah soal ujian yang harus dikirim keseluruh pelosok Indonesia.

Hal-hal lain yang mempengaruhi penyiapan penyelenggaraan ujian adalah anggaran, yang ternyata baru disahkan pada tanggal 13 Maret sedangkan ujian dilaksanakan pada tanggal 15 April 2013.
Menurut peraturan presiden, kontrak tidak boleh ditandatangani sebelum anggaran (DIPA) disahkan.
Kemudian panitia pelelangan (Pokja ULP) baru ditetapkan pada tanggal 21 Januari. Dan panitia memuat pengumuman di internet 2 hari kemudian  pada tanggal 23 Januari 2013. Hasil pelelangan diumumkan pemenangnya pada tanggal 21 Februari 2013 yaitu: pt Pura Barutama, pt Temprina Media Group, pt Jasuindo tiga Perkasa, pt Balebat, pt Ghalia Indonesia, dan pt Karsa Wira Utama. 

Surat Penunjukan Penyedia Jasa diterbitkan pada tanggal 13 Maret 2013, karena menunggu DIPA disahkan (sebelumnya diblokir), dan kontrak ditandatangani Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) bersama pimpinan perusahaan masing-masing pada tanggal 15 maret 2013.  
Setelah kontrak ditandatangani, maka pengendalian pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh PPK, termasuk apabila terjadi keterlambatan.

Menurut informasi, pada saat pelaksanaan terjadi masalah pada internal pt Ghalia Indonesia.
Seharusnya masalah tersebut bisa diatasi dengan mengalihkan sebagian pekerjaan pt Ghalia kepada
penyedia yang lain, tetapi hal ini tidak dibolehkan oleh Inspektorat Jenderal Kemendikbud.
Proses pengalihan pekerjaan dengan mekanisme pengurangan kontrak dan penambahan kontrak adalah hal biasa yang bisa dilakukan oleh PPK selaku pengendali, dan dibolehkan menurut ketentuan
dalam peraturan presiden tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.

Nasi telah menjadi bubur, dan kejadian ini telah ditanggungjawabi oleh bapak Khairil Anwar Notodiputro selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud secara ksatria dengan mengundurkan diri dari jabatan. Semua pihak mengetahui bahwa beliau yang dikenal baik dan bersih hanya menjadi korban.

Penulis yang selama persiapan dan pelaksanaan pelelangan mendampingi panitia pelelangan (Pokja ULP) meyakini bahwa proses pelelangan (pengadaan) berjalan dengan benar dan bebas dari korupsi.
Kelemahan yang ada, hanya pada pelaksanaan kontrak dan kebijakan pimpinan tertinggi kementerian.

Rabu, 08 Mei 2013

Sukarno, Bendera Pusaka dan Kematiannya

 
Kutipan tulisan dari Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto
Monday, June 21, 2010 at 12:41pm.
 
Tak lama setelah mosi tidak percaya Parlemen bentukan Nasution di tahun 1967 dan MPRS menunjuk Suharto sebagai Presiden RI, Bung Karno menerima surat untuk segera meninggalkan Istana dalam waktu 2 X 24 Jam.
Bung Karno dengan wajah sedih membaca surat pengusiran itu. Ia sama sekali tidak diberi waktu untuk menginventarisir barang-barang pribadinya.
Wajah-wajah tentara yang diperintahkan Suharto untuk mengusir Bung Karno tidak bersahabat lagi. "Bapak harus cepat meninggalkan Istana ini dalam waktu dua hari dari sekarang".

Bung Karno pergi ke ruang makan dan melihat Guruh sedang membaca sesuatu di ruang itu. "Mana kakak-kakakmu?" kata Bung Karno.
Guruh menoleh ke arah Bapaknya dan berkata , "Mereka pergi ke rumah Ibu" rumah Ibu yang dimaksud adalah rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru.
Bung Karno berkata lagi "Mas Guruh, Bapak sudah tidak boleh tinggal di Istana ini lagi, kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kamu ambil lukisan atau hal lain, itu punya negara,".
Kata Bung Karno lalu ia pergi ke ruang depan dan mengumpulkan semua ajudan-ajudannya yang setia. Beberapa ajudannya sudah tidak kelihatan, ia maklum, ajudan itu sudah ditangkapi karena diduga terlibat Gestapu.
"Aku sudah tidak boleh tinggal di Istana ini lagi, kalian jangan mengambil apapun, Lukisan-lukisan itu, souvenir, dan macam-macam barang itu milik negara".
Semua ajudan menangis Bung Karno mau pergi, "Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan" salah satu ajudan hampir berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno.
"Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda kita jelas hidungnya beda dengan hidung kita, perang dengan bangsa sendiri tidak..lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara".
Beberapa orang dari dapur berlarian saat tahu Bung Karno mau pergi, mereka bilang "Pak kami tidak ada anggaran untuk masak, tapi kami tidak enak bila bapak pergi belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk masak agak enak dari biasanya"
Bung Karno tertawa "Ah, sudahlah sayur lodeh basi tiga hari itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa...."
* * *
Di hari kedua saat Bung Karno sedang membenahi baju-bajunya datang seorang perwira suruhan Orde Baru. "Pak, bapak segera meninggalkan tempat ini"
Beberapa tentara sudah memasuki beberapa ruangan. Dalam pikiran Bung Karno yang ia takuti adalah bendera pusaka. Ia ke dalam ruang membungkus bendera pusaka dengan kertas koran lalu ia masukkan bendera itu ke dalam baju yang dikenakannya di dalam kaos oblong, Bung Karno tahu bendera pusaka tidak akan dirawat oleh rezim ini dengan benar.
Bung Karno lalu menoleh pada ajudannya Saelan. "Aku pergi dulu" kata Bung Karno hanya dengan mengenakan kaus oblong putih dan celana panjang hitam.
"Bapak tidak berpakaian dulu" Bung Karno mengibaskan tangannya, ia terburu buru. Dan ke luar dari Istana dengan naik mobil VW kodok, ia minta diantarkan ke rumah Ibu Fatmawati di Sriwijaya, Kebayoran.
Di rumah Fatmawati, Bung Karno hanya duduk seharian saja di pojokan halaman, matanya kosong. Ia sudah meminta agar Bendera Pusaka itu dirawat hati-hati. Bung Karno kerjanya hanya mengguntingi daun-daun yang tumbuh di halaman.
Kadang-kadang ia memegang dadanya, Ia sakit ginjal parah namun obat-obatan yang biasanya diberikan tidak kunjung diberikan. Hanya beberapa minggu Bung Karno di Sriwijaya, tiba-tiba datang satu truk tentara ke rumah Sriwijaya.
* * *
Suatu saat Bung Karno mengajak ajudannya yang bernama Nitri yang orang Bali untuk jalan-jalan. Saat melihat duku Bung Karno bilang "Aku pengen duku.. Tri, Sing Ngelah Pis, aku tidak punya uang"
Nitri yang uangnya juga sedikit ngelihat dompetnya, ia cukup uang untuk beli duku. Lalu Nitri mendatangi tukang duku dan berkata "Pak bawa dukunya ke orang yang ada di dalam mobil"
Tukang duku itu berjalan dan mendekat ke Bung Karno "Mau pilih mana Pak, manis-manis nih" kata Tukang Duku dengan logat betawi.
Bung Karno berkata "Coba kamu cari yang enak"
Tukang Duku-nya merasa sangat akrab dengan suara itu dan dia berteriak "Lha itu kan suara Bapak...Bapak...Bapak"
Tukang Duku berlari ke teman-temannya pedagang "Ada Pak Karno...ada Pak Karno" serentak banyak orang di pasar mengelilingi Bung Karno. Bung Karno tertawa, tapi dalam hati ia takut orang ini akan jadi sasaran tentara, karena disangka mereka akan mendukung Bung Karno. "Tri cepat jalan".....
* * *
Mendengar Bung Karno sering ke luar rumah, maka tentara dengan cepat memerintahkan Bung Karno diasingkan.
Di Bogor, dia diasingkan ke Istana Batu Tulis dan dirawat oleh: Dokter Hewan .....
Lalu Rachmawati datang dan melihat ayahnya, ia menangis keras-keras saat tahu wajah ayahnya bengkak-bengkak dan sulit jalan, Rachmawati adalah puteri Bung Karno yang paling nekat. Malamnya ia memohon pada bapaknya agar pergi ke Jakarta saja dan dirawat keluarga.
"Coba aku tulis surat permohonan pada Presiden" kata Bung Karno dengan mengucurkan air mata. Dia menulis surat dengan tangan bergetar, dan pagi-pagi sekali Rachma ke Cendana, rumah Suharto.
Di Cendana ia ditemui Bu Tien yang kaget karena ada Rachma di sana. Bu Tien memeluk Rachma dan di saat itu Rachma bercerita tentang nasib bapaknya, hati Bu Tien rada tersentuh dan menggenggam tangan Rachma lalu membawanya ke atas, ke ruang kerja Pak Harto.
"Lho Mbak Rachma ada apa?" Kata Pak Harto dengan nada santun,
Rachma-pun menceritakan kondisi ayahnya.
Pak Harto berpikir sejenak dan dia menuliskan memo untuk diperintahkan kepada anak buahnya, agar lalu dia dipindahkan ke Wisma Yaso, yang sama sekali tidak terawat. Kamar Bung Karno sudah berantakan sekali, bau dan tidak diurus. Bung Karno tidak boleh ke luar kamar. Seringkali ia dibentak bila akan melakukan sesuatu.
Dokter yang diperintahkan untuk merawat, Profesor Mahar Mardjono sampai mau menangis, saat tahu bahwa semua obat-obatan yang biasa digunakan oleh Bung Karno, dibersihkan dari laci obat atas dasar perintah Perwira Tinggi.
Mahar hanya bisa memberikan vitamin dan Royal Jelly, yang sesungguhnya adalah madu. Jika sulit tidur, dia diberi valium, Sukarno tidak diberikan obat, bila terjadi pembengkakan ginjal.
Rumor yang mengatakan Bung Karno hidup sengsara, banyak beredar di masyarakat, Beberapa orang diketahui akan nekat membebaskan Bung Karno, tapi penjagaan sangat ketat.
* * *
Pada awal tahun 1970, Bung Karno datang ke rumah Fatmawati untuk menghadiri pernikahan Rachmawati. Muka Bung Karno sudah bengkak. Ketika banyak orang tahu Bung Karno datang ke rumah itu, orang banyak berteriak"Hidup Bung Karno ... Hidup Bung Karno ... Hidup Bung Karno !!!"
Sukarno yang reflek, karena ia tahu benar dengan suasana gegap gempita, tertawa dan melambaikan tangan, Tapi, dengan kasar tentara menurunkan tangan Sukarno, dan menggiringnya ke dalam. Bung Karno paham, dia adalah tahanan politik.
* * *
Masuk ke bulan Februari, penyakit Bung Karno parah sekali, Ia tidak kuat berdiri, Tidur saja, Tidak boleh ada orang yang bisa masuk.
Ia sering berteriak kesakitan, biasanya penderita penyakit ginjal memang akan diikuti kondisi psikis yang kacau. Ia berteriak "sakit ... sakit ya Allah .."
Tapi tentara terpaksa diam saja, karena disuruh komandan, Sampai ada salah satu tentara yang sampai menangis, mendengar teriakan Bung Karno di dalam kamar, sambil tangannya memegang senjata.
Kepentingan politik tak mungkin bisa membendung rasa kemanusiaan, dan air mata adalah bahasa paling jelas dari rasa kemanusiaan itu. Hatta yang dilapori kondisi Bung Karno menulis surat pada Suharto, dan mengecam cara merawat Sukarno.
Di rumah Hatta duduk di beranda, ia menangis diam-diam mengenang sahabatnya itu.
Lalu dia bicara pada isterinya Rachmi, untuk bertemu dengan Bung Karno. "Kakak tidak mungkin bisa ke sana, Bung Karno sudah jadi tahanan politik"
Hatta menoleh pada isterinya "Sukarno adalah orang terpenting dalam pikiranku, dia sahabatku, Kami pernah dibesarkan dalam suasana yang sama, agar negeri ini merdeka. Bila memang ada perbedaan di antara kita, itu lumrah, tapi aku tak tahan mendengar berita Sukarno terlalu sakit seperti ini".
Hatta menulis surat dengan nada tegas kepada Suharto, untuk bertemu Sukarno, Ajaibnya surat Hatta langsung disetujui, ia boleh menjenguk Sukarno.

Hatta datang sendirian ke kamar Bung Karno yang sudah hampir tidak sadar, Tubuhnya tidak kuat menahan sakit ginjal. Bung Karno membuka matanya. Hatta terdiam dan berkata pelan "Bagaimana kabarmu, No" kata Hatta, Ia tercekat, mata Hatta sudah basah.
Bung Karno berkata pelan dan tangannya berusaha meraih lengan Hatta "Hoe gaat het met Jou" kata Bung Karno dalam bahasa Belanda -Bagaimana pula kabarmu, Hatta- .
Hatta memegang lembut tangan Bung Karno dan mendekatkan wajahnya, Air mata Hatta mengenai wajah Bung Karno, dan Bung Karno menangis seperti anak kecil.
Dua proklamator bangsa ini menangis, di sebuah kamar yang bau dan rusak, Kamar yang menjadi saksi ada dua orang yang memerdekakan bangsa ini, di akhir hidupnya merasa tidak bahagia, Suatu hubungan yang menyesakkan dada.

Tak lama setelah Hatta pulang, Bung Karno meninggal. Sama saat Proklamasi 1945, Bung Karno menunggui Hatta di kamar, untuk segera membacai Proklamasi, Saat kematiannya, Bung Karno juga menunggu Hatta dulu, baru ia berangkat menemui Tuhan.
* * *
Mendengar kematian Bung Karno rakyat berjejer-jejer di jalan. Rakyat Indonesia dalam kondisi bingung. Banyak rumah yang orang-orangnya menangis karena Bung Karno meninggal.
Tapi tentara memerintahkan agar jangan ada rakyat yang hadir di pemakaman Bung Karno. Bung Karno ingin dikesankan sebagai pribadi yang senyap. Tapi, sejarah akan kenangan tidak bisa dibohongi. Rakyat tetap saja melawan untuk hadir.
Hampir 5 kilometer orang antre untuk melihat wajah Bung Karno, Di pinggir jalan Gatot Subroto, banyak orang berteriak menangis. Di Jawa Timur tentara yang melarang rakyat melihat jenasah Bung Karno, menolak dengan hanya duduk-duduk di pinggir jalan, Mereka diusiri, tapi datang lagi. Begitu cintanya rakyat Indonesia pada Bapaknya. Tahu sikap rakyat seperti itu, akhirnya tentara menyerah.
Jutaan orang Indonesia berhamburan di jalan-jalan pada 21 Juni 1970. Hampir semua orang Indonesia yang rajin menulis catatan hariannya, pasti mencatat tanggal itu sebagai tanggal meninggalnya Bung Karno dengan rasa sedih,
Koran-koran yang isinya hanya menjelek-jelekkan Bung Karno, sontak tulisannya memuja Bung Karno.

Bung Karno yang sewaktu sakit dirawat oleh dokter hewan, tidak diperlakukan secara manusiawi, Meninggalnya, dengan cara yang agung. Jutaan rakyat berjejer di pinggir jalan, Mereka datang karena cinta, bukan paksaan.
Dan sejarah menjadi saksi bagaimana sebuah bangsa memperlakukan orang yang kalah. Walau pun orang yang kalah, adalah orang yang memerdekakan bangsanya, Orang yang menjadi alasan terbesar, kenapa Indonesia harus berdiri. Tapi diperlakukan layaknya binatang, Semoga. kita tidak mengulangi kesalahan seperti itu. .......
21 Juni 1970 - Tanggal meninggalnya Bung Karno.

Rabu, 24 April 2013

TIADA PEMIMPIN DI NEGERI INI YANG BISA MENJADI PANUTAN.


Mencermati nama-nama yang masuk dalam daftar survai untuk calon presiden, hanya membuat rakyat negeri ini putus asa. Mengapa yang muncul itu-itu lagi. Semuanya mempunyai catatan buruk
dalam rekam jejaknya, semuanya tidak mempunyai visi yang menjanjikan yang memberikan harapan, tidak ada satupun yang bisa memberi contoh keteladanan.

Kalau melihat daftar calon sementara calon legeslatif, bisa dipastikan lebih sedih lagi, sebagian besar orang yang sama, kalau ada yang baru, umumnya didominasi oleh artis.
Rupanya jabatan sebagai anggota parlemen sudah dianggap yang menjanjikan dan enak, tetap dikenal dan cukup materi, bahkan kalu beruntung bisa lebih. Apalagi nanti kalau terpilih dan masuk ke komisi yang basah atau apalagi bisa ke badan yang mengurusi anggaran negara, tentu terjamin, bahkan menurut bisik-bisik, tempat itu seperti anjungan tunai mandiri bagi korporasi.

Pada masa ini jarang ada pemimpin yang berani berkata sesuai dengan hati nuraninya. Semuanya segan atau takut kepada atasannya, yang paling atas takut dengan citranya di masyarakat. Belum lagi yang termakan oleh suap atau gratifikasi, maka bicaranya sesuaidengan pesanan.
Ada mantan menteri yang menjadi tokoh satu partai, yang kerjanya mencari kesalahan pemerintah.
Bahkan ada kesalahan yang sebenarnya sudah diketahuinya ketika masihmenjadi menteri, tetapi diam saja. Nah ketika dia menghadapi masalah, kesalahan itu digunakan sebagai senjata untuk menyela-matkan dirinya. Ada lagi mantan penegak hukum yang tidak mau menjalani hukuman dengan alasan ada kesalahan administratif. Betul-betul tidak berjiwa ksatria. Anehnya orang tersebut dicalonkan oleh salah satu partai untuk Pemilu tahun 2014.

Pejabat di negeri ini banyak yang berupaya untuk mendapatkan gelar doktor, entah untuk apa?
Tidak penting apakah gelar doktor itu hanya gelar kehormatan atau dari perguruan tinggi dalam negeri yang membutuhkan banyak fasilitas atau anggaran besar. Kalau doktor kehormatan dari luar negeri kebanyakan diberikan karena pejabat tersebut banyak memberikan bantuan atau fasilitas yang banyak menguntungkan negara atau pihak luar tersebut.

Banyak juga petinggi negeri ini atau partai yang berpoligami, entah karena kelebihan materi atau apa, yang jelas tidak ada rasa sungkan, sementara banyak keluarga yang hidupnya susah.
Kalau namanya pamer kekayaan atau kemewahan, ya sudah  tidak aneh, bahakan terkesan jor-joran. Tidak peduli dari mana mendapatkannya, bahakan ketika ada yang digiring oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), senyum-senyum saja, tidak ada rasa malu. 

Kesulitan yang dihadapi rakyst negeri ini, mereka yang sebenarnya bisa menjadi panutan, bukan orang yang suka menonjolkan diri, dan posisinya selalu kalah oleh mereka yang suka cari muka.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban rakyat Indonesia untuk mulai mencari calon-calon pemimpin yang bisa menjadi pemimpin yang sebenarnya dan juga bisa menjadi panutan.