Minggu, 06 Oktober 2013

BERMANFAATKAH APEC BAGI INDONESIA?

Bermanfaatkah APEC bagi Indonesia?
Kalau yang ditanya adalah presiden atau wakil presiden dengan para menterinya, tentu jawabannya sama, yaitu sangat bermanfaat. Kalau yang ditanya adalah rakyat kecil diluar Bali, maka jangan-jangan mereka balik bertanya, apa itu APEC. Memang kami lihat ada beritanya di televisi dan ada iklannya.
Bagi masyarakat Bali tentu sangat bermanfaat, karena banyak tamu berarti banyak kesibukan dan banyak yang perlu akomodasi, belanja souvenir, rekreasi, menikmati kuliner dan lain-lain.
Lebih banyak mana perolehan masyarakat Bali bila dibandingkan dengan ajang "Miss World".
Pertanyaan yang terakhir ini harus disambung dengan pertanyaan; Lebih banyak mana pengeluaran pemerintah untuk kedua acara tersebut.
Untuk pertanyaan terakhir, dengan mudah kita bisa menjawab bahwa kegiatan APEC menyedot anggaran pemerintah lebih besar dan sangat banyak.

Manfaat yang sebenarnya adalah apabila ekonomi Indonesia tumbuh lebih pesat dan positif karena
adanya kerjasama ini. Ekspor kita menjadi lebih besar dari pada impornya dan negeri ini tidak jadi pasar bagi barang-barang atau produk China serta negara-negara lain.
Dalam beberapa tahun terakhir, impor Indonesia justru meningkat pesat, nyaris semua komoditi dari negara-negara lain leluasa masuk tanpa hambatan sama sekali. Bahkan pajak impor yang salah satu fungsinya adalah untuk melindungi produk dalam negeri, dinihilkan atau dihapus.
Tentu saja produksi dalam negeri kita tidak mampu bersaing, karena berbagai masalah seperti luas lahan pertanian yang menyusut, teknologi yang ketinggalan, korupsi, dan birokrasi.

Pemerintah atau penguasa negeri ini lebih senang memperkaya para importir dan negara lain dari pada memperkaya para petani dan pengusaha dalam negeri. Impor diberi pembebasan pajak, sedang harga-harga produksi dalam negeri tidak boleh naik. Padahal kalau harga naik berarti memberi rezeki kepada para petani yang selama ini hidupnya susah. Jumlah petani di Indonesia sudah merosot drastis dalam kurun waktu 2 dasawarsa terakhir.
Secara bergantian berbagai komoditi menjadi langka dan naik harganya, sehingga menjadi alasan yang kuat bagi pemerintah untuk membuka keran impor. Cabai, bawang merah, bawang putih, daging sapi, gula, kedelai, singkong, beras dan lain-lain yang semuanya bisa diproduksi di negeri tercinta ini, ternyata harus diimpor.
Barangkali karena menterinya berasal dari partai politik, sehingga program utamanya adalah program yang menguntungkan partai, apapun bentuknya. Semoga rakyat Indonesia sepakat dengan penilaian bahwa kegagalan menteri yang berasal dari partai politik, berarti kegagalan partai pengusungnya.

Kembali ke masalah APEC yang ternyata tidak dihadiri oleh Obama. Tidak dipungkiri bahwa ada keuntungan dari sektor pariwisata. Namun ini adalah hal yang logis dan keharusan pada setiap acara internasional harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh negara tuan rumah.
Yang dipermasalahkan adalah inti dari kegiatan ini, yaitu ekonomi dari negara-negara Asia Pasifik, yang porsinya lebih dari setengah ekonomi dunia. Apakah Indonesia bisa memetik manfaat yang maksimal dari forum ini?
Indonesia yang mempunyai sumber alam dan sumber daya yang besar, sudah tentu menjadi rebutan negara-negara lain.
Semua bentuk kerjasama yang tidak menguntungkan Indonesia harus dihentikan, C-AFTA yang selama ini hanya menguntungkan China perlu dievaluasi dan ditinjau kembali.
Menteri dan pejabat tinggi yang orientasinya hanya impor, harus disingkirkan, dan partainya harus dihukum dengan tidak dipilih pada Pemilu yang akan datang.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar