Kamis, 29 Agustus 2013

DEGRADASI NASIONALISME KITA


Ada warga yang tidak memasang bendera sang merah putih, dengan alasan tidak punya, dan katanya sudah puluhan tahun tidak memasang, serta tidak bangga dengan sang saka tersebut. Padahal warga tersebut tinggal di kompleks yang cukup elite, berpenghasilan cukup dan mempunyai beberapa mobil. Ada menteri yang lupa dengan syair lagi Indonesia Raya, padahal tugasnya membina pemuda dan olahraga yang berkaitan dengan semangat nasionalisme.
Banyak sekali masyarakat yang lebih suka membeli barang buatan luar negeri dengan merk ternama yang mahal harganya, menyantap makanan dan minuman dengan merk luar negeri.
Penguasa negeri ini, pikirannya hanya impor saja ketika komoditi menjadi langka atau harganya naik. Tidak terpikir untuk menghemat atau mengurangi konsumsi dan meningkatkan produksi dalam negeri. Dan masih banyak lagi hal-hal yang jauh dari semangat kebangsaan atau nasionalisme.

Mereka yang termasuk kelompok tersebut di atas, memang tidak pernah mengalami dan tidak bisa membayangkan betapa beratnya perjuangan untuk merdeka. Perjuangan yang memerlukan waktu lebih dari 3 abad dan mengorbankan banyak sekali jiwa dan raga.
Ada yang terpengaruh oleh lingkungan, atau kampanye dari produsen terutama dari luar negeri, dan ada juga yang menjadi agen dari kepentingan asing.
Sudah pasti kelompok ini tidak mempunyai kepedulian terhadap nasib warga lain yang susah payah berjuang untuk sekedar bisa makan satu kali sehari, dan kelompok terpinggir lainnya.
Sementara itu mereka yang sudah mencapai sukses dari aspek keuangan, justru menyimpan hartanya yang ratusan milyar, bahkan trilyunan di Singapura.

Hukum alam itu mengajarkan keseimbangan, berapa banyak yang kita ambil dari alam, sebanyak itu pula yang perlu kita kembalikan. Seharusnya mereka yang berhasil memperoleh kekayaan dari tanah air, wajib membangun dan menyisihkan hartanya untuk kepentingan negeri dan rakyat, sehingga ketika diminta pertanggungjawaban di akhirat bisa lulus.
Selain itu, apa ya nyaman ketika hidup makmur sendirian sementara sekelilingnya serba kekurangan. Mereka ini akan menjadi kelompok pertama yang kabur keluar negeri, apabila terjadi sesuatu yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan di dalam negeri.

Karena itu tidak berlebihan kalau kita menyatakan bahwa reformasi pada tahun 1998 belum berhasil, dan perlu reformasi tahap dua. Reformasi tahap pertama hanya mengganti penguasa dan pemain lama, tetapi tidak mengubah sistem lama dengan yang baik, bahkan menyebabkan degradasi jiwa nasionalisme dan menyuburkan jiwa materialisme yang berujung dengan maraknya korupsi.
Anak-anak muda lebih suka dengan sinetron bertemakan cinta dari pada heroisme atau tema perju-angan, lebih menyukai hal-hal yang instan dari pada yang membutuhkan proses.

Saya mengajak semua yang masih mempunyai kepedulian terhadap nasib bangsa Indonesia, yang masih merasa sebagai bangsa Indonesia untuk bersama-sama dan bersatu, meluruskan kembali arah pembangunan negara ini, sehingga tujuan mewujudkan negara yang adil dan makmur bagi seluruh warga negara, bukan sekadar mimpi.
Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan mengutamakan barang/jasa produksi dalam negeri. Semua yang berasal dari impor atau buatan negara lain, harus kita hindari.
Langkah kedua, adalah menghemat atau mengurangi pemakaian barang/jasa yang berasal dari luar negeri. Langkah ketiga, menghargai dan memberi kesempatan kepada rekayasa atau inovasi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Dan langkah keempat yang juga terpenting adalah tidak korupsi.
Siapa saja yang mempunyai pandangan dan semangat yang sama, diharapkan ikut sumbang saran.
      


   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar