Anggota DPR yang tidak suka dengan Dahlan Iskan seakan mendapat amunisi ketika audit BPK menyebut ada inefisiensi di PLN pada saat Dahlan Iskan menjabat sebagai Direktur Utama.
Padahal inefisiensi tersebut menurut mantan Dirut PLN tersebut sudah berjalan lama sebelumnya dan tak terelakkan akibat kebijakan penjualan gas Tangguh dengan harga murah ke China.
Berani nggak anggota DPR memanggil Megawati yang bertindak sebagai pangambil kebijakan penjualan gas Tangguh 100% ke China dengan harga murah sehingga PLN tidak kebagian?
Silahkan mencermati tulisan berikut yang memuat tanggapan pengamat perminyakan Kurtubi.
Pengamat Perminyakan Kurtubi menegaskan, pemborosan atau inefisiensi
PLN 2009/2010 sebesar Rp 37 triliun bukan karena kepemimpinan Dahlan
Iskan saat menjadi dirut PT PLN (Persero). Menurut Kurtubi pemborosan
itu karena kebijakan yang salah diambil oleh pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri.
"Penyebab inefisiensi itu bukan karena
Dahlan, tetapi karena kebijakan yang salah yang diambil saat
pemerintahan Megawati," kata Kurtubi kepada detikFinance, Senin (29/10/2012).
Kebijakan
yang salah tersebut antara lain ketika Presiden Megawati menyetujui
penjualan gas LNG ke luar negeri 100% pada Tahun 2002. Parahnya lagi
dijual ke China dengan harga yang sangat murah sekali yakni hanya US$
3,35 per MMBTU.
"Produksi gas LNG dari Tangguh Papua dijual 100%
ke luar negeri, saat itu menteri teknisnya adalah Purnomo Yusgiantoro
(saat ini Menteri Pertahanan). Disetujui dijual sebagian ke China dengan
harga yang sangat murah sekali yakni US$ 3,35 per MMBTU, padahal saat
itu industri dalam negeri (lokal) termasuk PLN berani membeli dengan harga US$
7-9 per MMBTU," ungkap Kurtubi.
Apalagi pada tahun 2002, PLN
sudah memiliki pembangkit listrik tenaga gas, namun menurut Kurtubi, PLN
tidak diberi setetes pun dari Tangguh oleh pemerintah saat itu.
"Akibatnya
pembangkit listrik gas PLN seperti di Muara Tawar, Tambak Lorok, Muara
Karang dan banyak lagi tidak mendapatkan pasokan gas sehingga bisa
terancam mati total, makanya pada saat itu oleh Dahlan Iskan diputuskan
menggunakan BBM, kalau tidak Jakarta dan Sumatera gelap gulita," ujar
Kurtubi.
Untuk itu kata Kurtubi, salah alamat jika inefisiensi PLN sebesar Rp 37 triliun ditujukan kepada Dahlan Iskan.
"Bukan
Dahlan Iskan yang salah, yang salah kenapa dalam negeri tidak diberi
gas secuil pun dari Tangguh, dan malah di ekspor keluar negeri, padahal
penjualan gas ke China dengan harga murah tersebut berpotensi merugikan
negera miliaran dolar, ingat miliaran dolar," tandas Kurtubi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar